D' Otaku Indonesia

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Arena Para Otaku Indonesia Berbagi Informasi dan Berdiskusi Mengenai Anime, Manga, Game, Tokusatsu, dan lain lain.

Login

Lupa password?

Latest topics

» Ueki no Housoku (The Law of Ueki)
Cerita dari Rifka EmptySat Apr 11, 2015 7:22 pm by Dwiboy

» ANIME Spring 2015
Cerita dari Rifka EmptySat Apr 11, 2015 7:20 pm by Dwiboy

» hajimimaste
Cerita dari Rifka EmptySat Apr 11, 2015 7:17 pm by Dwiboy

» Anime Before 2000 my Favorite
Cerita dari Rifka EmptyWed Jun 04, 2014 2:13 pm by andielone20

» Andielone
Cerita dari Rifka EmptyWed Jun 04, 2014 1:45 pm by andielone20

» Siapa saja Seiyuu yang kamu kagumi
Cerita dari Rifka EmptySun May 18, 2014 10:48 am by Sakuya

» [Official] Clash of Gods
Cerita dari Rifka EmptyTue Jun 18, 2013 4:56 pm by gokilz123

» Pertama di Indonesia ! Puzzle Kingdom Online !
Cerita dari Rifka EmptyMon Mar 25, 2013 5:20 pm by blahblah24

» Absen, Otaku!!!
Cerita dari Rifka EmptyMon Apr 13, 2009 4:18 pm by Kijinogi Yukishiro

Affiliates

free forum

Statistics

Total 204 kiriman artikel dari user in 32 subjects

Total 17 user terdaftar

User terdaftar terakhir adalah Dwiboy


4 posters

    Cerita dari Rifka

    Rifka Hania Pohan
    Rifka Hania Pohan


    Jumlah posting : 17
    Registration date : 31.03.09
    Lokasi : Jakarta

    Cerita dari Rifka Empty Cerita dari Rifka

    Post by Rifka Hania Pohan Wed Apr 01, 2009 6:05 pm

    Cerita Pohon Apel Dan Anak Laki-laki
    Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

    Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

    Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

    Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

    Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

    Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

    Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

    "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

    Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

    Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

    "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

    "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
    "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

    Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

    Pohon apel itu adalah orang tua kita.

    Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

    Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.



    Menurut kalian, gimana nih cerita???? Question
    Satsuki_chan
    Satsuki_chan


    Jumlah posting : 64
    Registration date : 19.03.09
    Age : 26
    Lokasi : Bogor, indonesia

    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Satsuki_chan Wed Apr 01, 2009 6:32 pm

    Rifka Hania Pohan wrote:
    Cerita Pohon Apel Dan Anak Laki-laki
    Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

    Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

    Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

    Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

    Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

    Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

    Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

    "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

    Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

    Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

    "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

    "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
    "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

    Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

    Pohon apel itu adalah orang tua kita.

    Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

    Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.



    Menurut kalian, gimana nih cerita???? Question

    Bagus banget... Hikmah nya juga bagus...
    Very Happy aku ga bisa nulis sebagus itu...
    Very Happy kerenn
    Tsuki Yuki
    Tsuki Yuki
    Admin


    Jumlah posting : 72
    Registration date : 08.03.09
    Lokasi : Suatu daerah di Indonesia >:D

    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Tsuki Yuki Thu Apr 02, 2009 3:24 am

    Wah, cara berkenalan yang bagus Very Happy. Salam kenal, Rifka. Panggil saja sayA Tsuyuki ^^. Tak usah segan-segan membuat topik baru lagi ya..

    Happy Foruming and Enjoy Here
    Rifka Hania Pohan
    Rifka Hania Pohan


    Jumlah posting : 17
    Registration date : 31.03.09
    Lokasi : Jakarta

    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Rifka Hania Pohan Thu Apr 02, 2009 4:09 pm

    makasih semua!!!
    Tsuki Yuki
    Tsuki Yuki
    Admin


    Jumlah posting : 72
    Registration date : 08.03.09
    Lokasi : Suatu daerah di Indonesia >:D

    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Tsuki Yuki Tue Apr 07, 2009 2:39 pm

    em, ini topiknya dipindah ke "Otaku Art", ya! ^^

    Terima kasih atas perhatiannya *moved*
    Kijinogi Yukishiro
    Kijinogi Yukishiro


    Jumlah posting : 36
    Registration date : 30.03.09
    Lokasi : kota kembang?? mana saya tau..

    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Kijinogi Yukishiro Tue Apr 07, 2009 4:14 pm

    wah cerita nya bagus....

    coba ada lagi tidak ? mau baca nih *gampar*

    Yuki tidak bisa membuat seperti ini sepertinya^^

    Sponsored content


    Cerita dari Rifka Empty Re: Cerita dari Rifka

    Post by Sponsored content


      Waktu sekarang Thu Nov 21, 2024 4:10 pm